Historiografi Keluarga
Historiografi : Sejarah keluarga Bapak Herry
Herry Herois Syahadatain atau yang biasa disapa Herry, diketahui lahir pada tanggal 8 Mei 1971 di Jakarta Utara. Tak lama setelah Beliau lahir, keluarganya pindah ke daerah Cipinang-Melayu, Jakarta Timur. Beliau merupakan anak ke-4 dari pasangan Alm. H. Rochyat Maludin Taufan dan Hj. Mintarsih. Memiliki satu kakak perempuan, dua kakak laki-laki, dan satu adik laki-laki. Semua kakaknya telah berkeluarga dan meninggalkan adik bungsunya yang tinggal bersama sang ibu. Foto disamping menunjukan Bapak Herry bersama keluarga besarnya. Foto tersebut diambil ketika keluarga Bapak Herry merayakan Idulfitri bersama, sekitar tahun 2008.
Beliau menuntut ilmu di TK dan SD yang berlokasi dekat rumah. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama yang berjarak jauh dari rumah, dan melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas yang sangat jauh dari rumahnya. Sehari-hari Beliau menggunakan sepeda untuk sampai ke SMA. Bapak Herry bukanlah seorang yang sangat menonjol di bidang akademik sewaktu Beliau menuntut ilmu di sekolah, tetapi Beliau berhasil lulus seleksi masuk Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Setelah lulus Beliau langsung bekerja di Direktorat Jenderal Pajak. Setelah beberapa tahun, Beliau mulai meniti karir menjadi wirausahawan bersama dengan beberapa temannya. Beliau menjalani beberapa pekerjaan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan kehidupan keluarganya.
Beliau menikah tahun 7 Juni 1998. Awalnya, pernikahan tersebut terjadi karena hasil dijodohkan oleh keluarganya. Perempuan yang dinikahinya masih memiliki hubungan kerabat dengannya, bernama Erni Rahmawati.
Erni Rahmawati atau yang biasa disapa Erni, lahir pada tanggal 30 Januari 1974 di daerah Senayan dan dibesarkan di daerah Tanjung Priok, Jakarta Utara. Merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Siti Uripah dan Abdul Kodir. Ayahnya masih memiliki keturunan Arab dan ibunya asli orang Indonesia. Memiliki tiga saudara kandung yang terdiri dari dua adik perempuan dan satu adik laki-laki. Semua saudara kandungnya saat ini telah berkeluarga. Foto disamping diambil sekitar bulan Agustus 2016, ketika keluarga Ibu Erni berpiknik di Kebun Raya Bogor.
Ibu Erni selalu menuntut ilmu di sekolah yang sama dengan adik-adiknya ketika sekolah. Beliau juga merupakan murid yang cukup menonjol secara akademik. Ibu Erni berhasil mendapat beasiswa untuk melanjutkan SMA dan kuliah. Saat SMA beliau tercatat sebagai murid jurusan A1-Fisika, tetapi beliau mengikuti bimbingan pelajaran di bidang akuntansi. Saat itu masyarakat masih berpikir bahwa menguasai akuntansi akan memudahkan seseorang untuk mendapat pekerjaan. Setelah lulus kuliah, beliau bekerja di sebuah perusahaan BUMN, yaitu BULOG.
Beliau menikah pada 7 Juni 1998 dengan Herry Herois Syahadatain. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai tiga anak yang terdiri dari dua anak laki-laki dan seorang anak perempuan. Anak pertamanya lahir pada tanggal 28 Maret 1999, bernama Irfan Maulana Syahadatain. Saat ini telah menginjak usia 18 tahun dan sedang melanjutkan studinya di Universitas Brawijaya sebagai mahasiswa jurusan Hubungan Internasional. Anak keduanya lahir tiga tahun kemudian, pada tanggal 15 Januari 2002, bernama Sita Rizky Amalia Syahadatain. Saat ini telah meginjak umur 15 tahun dan berstatus sebagai murid Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong. Tiga tahun kemudian pada tanggal 16 April 2005 Beliau melahirkan anak ketiga yang diberi nama Hafidz Mubarok Syahadatain. Saat ini berusia 12 tahun dan berstatus sebagai murid Sekolah Alam Bintaro.
Bapak Herry, sebagai kepala keluarga selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk keluarganya. Beliau bekerja keras agar semua kebutuhan keluarganya dapat dipenuhi. Begitu pun dengan Ibu Erni. Dibesarkan di keluarga yang sederhana membuatnya tumbuh menjadi perempuan yang tangguh dan pekerja keras. Nilai-nilai moral yang diajarkan orangtuanya melekat dengan kuat dan menjadikannya kepribadian yang sangat memegang teguh prinsip hidupnya. Bapak Herry dan Ibu Erni mempunyai cara yang berbeda dalam mengajarkan nilai moral kepada anak-anak mereka. Mereka tidak pernah memaksa anak-anak mereka untuk mengikuti norma tertentu, tetapi mereka mendidik dengan memberi pengetahuan tentang hal-hal yang baik dan buruk, kemudian memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka untuk menentukan perbuatannya sendiri.
Penulis : Sita Rizky Amalia Syahadatain
X IPS 2 MAN ICS
Komentar
Posting Komentar